Media Informasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak

VISI & MISI PBSI IKIP PGRI PTK

VISI :
Menjadi Program Studi Yang Menghasilkan Guru Bahasa Indonesia Yang Unggul, Profesional dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Tahun 2020.

MISI :
Mempersiapkan Calon Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Yang Mampu :
1. Melaksanakan manajemen pendidikan berlandaskan 4 pilar kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional dan sosial)
2. Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran dibidang bahasa dan sastra Indonesia.
3. Melaksanakan penelitian dibidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
4. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat dibidang bahasa dan sastra Indonesia.
5. Meningkatkan mutu, relevansi, daya saing, dan perluasan akses di bidang kebahasaan yang lain ditingkat global.
6. Meningkatkan tata kelola dan akuntabilitas Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai bagian dari LPTK IKIP PGRI Pontianak.
7. Meningkatkan empat keterampilan berbahasa yang menghasilkan produk berupa buku.

Label

DAFTAR ISI BLOG

Senin, 30 Mei 2016

ANALISIS STRUKTUR MANTERA PENGOBATAN MASYARAKAT DAYAK PAWATN DUSUN TUMBANG PAUH DESA SANDAI KANAN KECAMATAN SANDAI KABUPATEN KETAPANG

FRANSISKO

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni IKIP-PGRI Pontianak
JL. Ampera No. 88 Pontianak

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan secara umum struktur mantera pengobatan Masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang. Adapun struktur yang di deskripsikan dari mantera tersebut yaitu mengenai irama, rima, makna, dan fungsinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Digunakannya metode tersebut dalam penelitian, karena sesuai dengan tujuan penelitian ini, yang berkaitan dengan penggambaran atau pendeskripsian objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak seperti apa adanya. Irama yang terdapat dalam mantera pengobatan, yaitu irama dengan nada tinggi, irama dengan nada rendah, irama dengan nada pendek, dan irama dengan jeda sebentar. Rima yang terdapat dalam mantera pengobatan, yaitu; (a) rima menurut bunyi atau suaranya; rima sempurna, rima tak sempurna, rima mutlak, rima terbuka, rima tertutup, dan rima aliterasi. (b) rima menurut letak kata-kata dalam baris; rima akhir, rima datar, rima sejajar, dan rima patah. Berdasarkan analisis, rima yang paling dominan menurut bunyi atau suaranya yaitu tak sempurna.Makna yang terdapat dalam mantera pengobatan, yaitu terdiri dari: a) aspek makna, yang meliputi Sense (Pengertian), Feeling (Perasaan), Tone (Nada), dan Intension (Tujuan); b) jenis makna, yang terdiri atas Makna sempit (narrowed meaning), Makna luas (widened meaning atau extended meaning), Makna kognitif, Makna Konotatif dan Emotif, Makna referensial, Makna konstruksi, Makna leksikal, Makna Ideasional, Makna preposisi, Makna pusat, Makna piktorial, Makna idiomatik. Fungsi mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh adalah untuk memberikan pertolongan dengan cara memohon kepada Tuhan untuk senantiasa memberikan kesembuhan serta kesehatan kepada seseorang yang sedang mengalami sakit.

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Hal ini tercermin dari begitu beragamnya masyarakat yang hidup di Nusantara ini. Setiap masyarakat tersebut memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Masing- masing kelompok masyarakat tersebut memiliki corak kebudayaan tersendiri sebagai cermin identitas kelompok. Satu di antara kebudayaan tersebut adalah sastra daerah khususnya sastra lisan.

Sastra lisan ini adalah warisan budaya sejak berabad-abad bangsa Indonesia. Sastra yang dituturkan secara turun temurun. Sastra yang berkaitan dengan religi/kepercayaan, berupa mitos yang isinya menceritakan tentang dewa-dewa dan cerita kepercayaan lainnya, di samping mantera, yang penuturnya terkait dengan upacara-upacara religi dituturkan oleh ahlinya bernama dukun.

Mantera adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu menciptakan perubahan (perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantera berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafatnya yang terkait dengan mantera tersebut. Pengertian mantera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu susunan kata yang berunsur puisi (seperti irama dan rima) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun untuk menandingi kekuatan gaib lainnya.

Berkembangnya mantera-mantera dalam sistem pengobatan masyarakat Dayak berkaitan erat dengan persepsi mereka terhadap makna penyakit. Menurut mereka penyakit tidak hanya disebabkan oleh faktorfaktor nyata, tetapi terkadang juga disebabkan oleh faktor yang tidak nyata atau gaib. Keberadaan mantera adalah untuk memutus penyakit dengan hal gaib yang menjadi penyebabnya. Pembacaan mantera dapat memperkuat keampuhan obat sehingga proses pengobatan selalu diawali dengan pembacaan mantera pada obat-obatan yang diminum.

Adapun mantera yang akan diteliti dalam penelitian ini, yakni 1) Mantera Soru Semongat (mantera yang digunakan untuk memanggil atau mengembalikan roh atau jiwa bagi si sakit). Perlengkapan yang diperlukan pada prosesi mantera ini di anataranya daun sengkubak (daun penyedap rasa untuk makanan yang berasal dari hutan), piso’ raut (pisau dapur khas Dayak), beras 1 piring, ayam hitam 1 ekor. 2) Mantera Tawar Kempunan (mantera yang dilakukan bagi orang yang tertimpa musibah karena lupa mencicipi suatu benda yang dianggap punya pengaruh besar terhadap kehidupan, seperti kopi dan nasi). Barang-barang yang perlu dipersiapkan pada mantera ini berupa kapur, kunyit, piso’ (pisau dapur khas orang dayak), garam, ganji’ (daun khusus untuk makan daun sirih), tembako’ (tembakau), sirih mansa’ (daun sirih yang sudah dilengkapi dengan kapur, pinang, dan tembakau yang siap untuk dimakan), serta tuak (minuman yang terbuat dari air sari beras ketan). 3) Mantera Tawar Kelabakng (mantera yang dilakukan apabila seseorang digigit kelabang). Barang- barang yang diperlukan pada proses pembacaan mantera sama dengan mantera tawar kempunan. 4) Mantera tawar bisa ular (mantera yang dilakukan apabila seseorang digigit ular). 5) Mantera tawar bisa kalajengking (mantera yang digunakan untuk menghilangkan racun setelah digigit kalajengking.

Ada beberapa alasan yang menjadi acuan peneliti tertarik untuk memilih objek penelitian berupa sastra lisan (mantera pengobatan) yang dimiliki Masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang, yakni 1) Mantera pengobatan merupakan sesuatu yang disakralkan karena dalam pelaksanaannya memerlukan sesajian, 2) Peneliti ingin mengetahui bahasa mantera khususnya pada kata-kata yang terdapat dalam mantera tersebut, 3) Sastra lisan tersebut sampai saat ini masih hidup di tengah-tengah masyarakat modern, 4) Masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh memandang mantera pengobatan hanya dari fungsi dan efek yang ditimbulkan. Akan tetapi, peneliti lebih memandang mantera pengobatan sebagai sebuah karya sastra yang memiliki keindahan bunyi dan kata-kata yang sepatutnya untuk didokumentasikan, dan 5) Peneliti ingin menumbuhkembangkan semangat para generasi muda khususnya para pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budayanya sebagai warisan luhur.

Penelitian tentang mantera berkaitan dengan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat SMA pada kelas X semester I dalam keterampilan menulis Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Adapun Standar Kompetensi, Kompetensi Dasarnya, dan Indikatornya sebagai berikut. Standar Kompetensinya: 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Kompetensi Dasarnya: 8.1 menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, rima, dan irama. Indikatornya adalah: (1) mengidentifikasi puisi lama (mantera dan syair) berdasarkan bait, irama, rima. (2) membedakan bentuk makna dan syair. (3) menulis mantera atau syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. (4) menyunting puisi lama (mantera atau syair) yang dibuat teman. Berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator di atas, maka penelitian tentang mantera ini dapat menjadi bahan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat SMA pada siswa kelas X semester I khususnya dalam melestarikan adat istiadat Dayak Pawatn.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan alasan pemilihan penelitian ini yaitu, 1) mantera pengobatan merupakan sesuatu yang disakralkan karena dalam pelaksanaannya memerlukan sesajian, 2) peneliti ingin mengetahui bahasa mantera khususnya pada kata-kata yang terdapat dalam mantera tersebut, 3) sastra lisan tersebut sampai saat ini masih hidup di tengah-tengah masyarakat modern, 4) peneliti ingin menumbuhkembangkan semangat para generasi muda khususnya para pelajar untuk lebih mengenal dan budayanya sebagai warisan luhur.


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Digunakannya metode tersebut dalam penelitian, karena sesuai dengan tujuan penelitian ini, yang berkaitan dengan penggambaran atau pendeskripsian objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak seperti apa adanya.


Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Syam (2000: 74) bahwa metode deskriftif merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dan gambaran suatu fenomena tertentu yang tampak pada saat penelitian dilakukan dan diarahkan pada upaya untuk melukiskan kondisi dari fenomena yang diamati sebagaimana adanya. Pendapat ini juga sejalan dengan pemikiran Subana dan Sudrajat (2005: 89) pada penelitian Rusifa Aini menyatakan bahwa “penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya”. Nawawi (1995: 63) menjelaskan metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerita pendek, puisi) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode ini dianggap relevan oleh peneliti untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek masalah yang ada dalam penelitian sesuai dengan fakta yang terjadi yakni seperti irama, rima, makna, fungsi, dan lingkungan penceritaan mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn.

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian mengenai analisis struktural pada mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang, maka fokus penlitian muncul berdasarkan urutannya sebagai berikut.

1. Irama dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang.

Irama dalam bahasa adalah pergantian turun-naik, panjang- pendek, keras-lembut, ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Secara umum dapat disimpulkan bahwa irama itu pergantian berturut-turut secara teratur. Dapat dijelaskan irama merupakan hal yang masih erat hubungan dengan pembicaraan bunyi. Kemudian, irama yang terdapat dalam mantera pengobatan tersebut merupakan pembangun karya sastra dari luar yang saling berhubungan antar unsurnya atau apa yang tampak dari bahasanya. Irama terdiri atas beberapa macam, seperti nada tinggi, nada rendah, nada panjang, nada pendek, jeda sebentar, dan jeda lama.

Pertama, irama nada tinggi yang terkandung dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang adalah mengenai penggunaan kata dan pengucapannya pada penyampaian serta pelaksanaan mantera tersebut.

Kedua, irama nada rendah yang terkandung dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang adalah mengenai bagaimana penutur mantera atau dukun melafalkan setiap pilihan kata pada proses penggunaan kata serta pengucapannya pada penyampaian dan pelaksanaan mantera.

Ketiga, irama nada panjang dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang tidak ditemukan.

Keempat, irama nada pendek dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang tidak ditemukan.

Kelima, irama nada dengan jeda sebentar ditemukan dalam setiap susunan kata dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak

Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang tidak ditemukan.

Keenam, irama dengan nada lama dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang tidak ditemukan.

2. Rima dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang.

Rima merupakan perulangan bunyi berselang, baik di dalam larik atau di akhir sajak yang berdekatan. Bunyi yang berirama itu dapat ditampilkan oleh tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara. Adapun bagian rima tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, rima berdasarkan bunyi, yang terdiri atas; a) rima sempurna ( b) rima tak sempurna, c) rima mutlak, d) rima terbuka, e) rima tertutup, f) rima aliterasi, g) rima asonansi, serta h) rima desonansi.

Kedua, rima berdasarkan letak kata-kata dalam baris, yang terdiri atas; a) rima awal, b) rima tengah, c) rima akhir, d) rima tegak, e) rima datar, f) rima sejajar, g) rima berpeluk, h) rima bersilang, i) rima rangkai, j) rima kembar, dan k) rima patah.

Ketiga, rima berdasarkan rupa. Rima ini tidak ditemukan dalam mantera pengobatan mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang.

Berdasarkan hasil pengolahan data, rima yang terkandung dalam setiap mantera tersebut menciptakan kesepadanan bunyi pada mantera tersebut. Pengulangan bunyi letaknya berselang- selang, bisa di awal, tengah, ataupun diakhir larik.

3. Makna dalam mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang.

Makna merupakan arti atau maksud yang tersirat dalam setiap kata atau pembicaraan. Pembahasan makna akan lebih terfokus bila dilakukan pendekatan ideasional. Adapun mantera terdiri dari beragam jenis.

Pertama, aspek makna yang kemudian mempunyai bagian seperti; a. Sense (Pengertian), b. Feeling (Perasaan), c. Tone (Nada), serta d. Intention (Tujuan). Unsur makna tersebut akan memberikan pemahaman dan pengertian terhadap aspek kajian yang diteliti. Adapun mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang memiliki konsep pemahaman dan pengertian sesuai dengan mantera yang digunakan dan ditujukan kepada siapa mantera tersebut dipakai.

Kedua, jenis makna yang terdiri atas; a. Makna sempit, b. Makna luas, c. Makna kognitif, d. Makna konotatif dan emotif, e. Makna referensial, f. Makna konstruksi, g. Makna leksikal dan gramatikal, h. Makna Ideasional, i) makna preposisi, j. Makna pusat, k. Makna piktorial, l. Makna idiomatik. Setiap makna tersebut memberikan uraian, arahan, dan penjelasan dari mantera pengobatan yang dianalisis.

4. Fungsi mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang.

Fungsi merupakan kegunaan suatu hal atau unsur bahasa. Penafsiran sering didahului dengan terjemahan teks yang telah ditranskip. Adapun fungsi mantera pengobatan adalah untuk mengobati atau sebagai upaya bantuan doa spiritual yang sifatnya tradisional karena menggunakan sesajen kepada orang yang sedang mengalami sakit. Berdasarkan penggunaannya, maka mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa.

Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang memiliki beberapa fungsi.

Pertama, fungsi didaktif yaitu mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang dapat memberikan nilai pelajaran bagi pengguna dan pendengarnya dalam kehidupan sosial masyarakat.

Kedua, fungsi estetis yaitu mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang memberikan dampak keindahan bunyi kepada pendengarnya.

Ketiga, fungsi moralitas yaitu mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang memberikan nilai dalam berprilaku sosial yang berkaitan dengan sopan santun serta etika.

Keempat, fungsi religius mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang memberikan arahan supaya setiap manusia wajib tunduk dan selalu bersyukur terhadap apa yang diberikan oleh Pencipta.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh Desa Sandai Kanan Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang yang terdiri dari mantera Soru Semongat, Tawar Kempunan, Tawar Kelabakng, Tawar Bisa Ular, serta mantera Tawar Kalajengking, maka dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Irama yang terdapat dalam mantera pengobatan, yaitu irama dengan nada tinggi, irama dengan nada rendah, irama dengan nada pendek, dan irama dengan jeda sebentar. Peran irama dalam mantera ritual pengobatan masyarakat Dayak Pawatn sebagai unsur yang mampu menimbulkan keindahan bunyi yang terlihat dari segi kata-kata dan diucapkan secara berulang-ulang sehingga menimbulkan kekuatan gaib (magis/magic). Berdasarkan data irama yang sudah dianalisis di atas, menunjukkan bahwa irama yang paling dominan/banyak irama dengan tekanan rendah.

2. Rima yang terdapat dalam mantera pengobatan, yaitu; (a) rima menurut bunyi atau suaranya; rima sempurna, rima tak sempurna, rima mutlak, rima terbuka, rima tertutup, dan rima aliterasi. (b) rima menurut letak kata-kata dalam baris; rima akhir, rima datar, rima sejajar, dan rima patah. Berdasarkan analisis, rima yang paling dominan menurut bunyi atau suaranya yaitu tak sempurna.

3. Makna yang terdapat dalam mantera pengobatan, yaitu terdiri dari: a) aspek makna, yang meliputi Sense (Pengertian), Feeling (Perasaan), Tone (Nada), dan Intension (Tujuan); b) jenis makna, yang terdiri atas Makna sempit (narrowed meaning), Makna luas (widened meaning atau extended meaning), Makna kognitif, Makna Konotatif dan Emotif, Makna referensial, Makna konstruksi, Makna leksikal, Makna Ideasional, Makna preposisi, Makna pusat, Makna piktorial, Makna idiomatik.

4. Fungsi mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh adalah untuk memberikan pertolongan dengan cara memohon kepada Tuhan untuk senantiasa memberikan kesembuhan serta kesehatan kepada seseorang yang sedang mengalami sakit.

Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti lakukan, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mantera pengobatan masyarakat Dayak Pawatn Dusun Tumbang Pauh merupakan bentuk sastra lisan yang dituturkan secara lisan dan diceritakan tanpa menggunakan teks. Mantera pengobatan tersebut dituturkan secara turun-menurun dalam ritual pengobatan, hal tersebut dikarenakan sudah menjadi tradisi yang sudah ada sejak dahulu sampai saat ini. Oleh sebab itu, untuk menjaga khazanah kebudayaan daerah tersebut tidak punah maka harus dikembangkan dan dilestarikan.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas pada kelas X Semester I, dalam materi menganalisis puisi lama yang berjenis mantera khususnya menganalisis irama dan rima.

3. Bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian tentang mantera, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan mempermudah dan memperlancar dalam proses penelitian.

4. Bagi masyarakat diharapkan untuk selalu peduli dengan kearifan dan kebudayaan lokal, karena hal tersebut adalah modal dasar sebagai penyaring prilaku bermasyarakat.

A, Teeuw. (1992). Sastra dan Ilmu Sastra. Surabaya: Pustaka Jaya.

Albertus dan Alloy. (2008). Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak. Pontianak: Institut Dayakologi.

Aminuddin. (2010). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Amir, Adriyetti. (2013). Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Andasputra dan Vincentius. (2011). Mencermati DayakKanayatn. Pontianak: Institut Dayakologi.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badudu, J. S. (1984). Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.


Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Djajasudarma, Fatimah. (2013). Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: Refika Aditama.

Endrawarsa, Suwardi. (2013). Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS

Institut Dayakologi. (2003). Tradisi Lisan Dayak: Yang Tergusur dan Terlupakan. Pontianak: Mitra Kasih.

Ismawati, Esti. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.

Moleong, Lexi J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ndak, Panus. (2014). Analisis Struktur dan Fungsi Mantra Bercocok Tanam Padi Di Desa Angan Tembawang Kecamatan Jelimpo Kabupaten Landak Kalimantan Barat. (Skripsi) Pontianak: IKIP-PGRI Pontianak.


Pradopo, Rachmat Djoko. (1993). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. (2007). Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusifa. (2014). Struktur dan Fungsi Mantera Pasca Melahirkan Sastra Lisan Melayu Pintau Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara. (Disertasi) Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Sadarudin. (1998). Rima dan Irama Mantera Seher Suku Melayu Sandai. (Skripsi) Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, CV.

Suwandi, Sarwiji. (2011). Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta:
Media Perkasa.

Syam, C. (2010). Pengarah Kearah Studi Sastra Daerah. Pontianak: FKIP Untan.

Ullmann, Sthephen. (2011). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahyuningtyas, Sri dan Santoso Wijaya Heru. (2011). Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.

Waluyo, Herman J. (1987). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek dan Warren. (2014). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya dan Rohmadi. (2011). Semantik: Teori dan Analisis. Surakarta:
Yuma Pustaka.

Zuldafrial dan Lahir. (2012). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar