Media Informasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak

VISI & MISI PBSI IKIP PGRI PTK

VISI :
Menjadi Program Studi Yang Menghasilkan Guru Bahasa Indonesia Yang Unggul, Profesional dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Tahun 2020.

MISI :
Mempersiapkan Calon Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Yang Mampu :
1. Melaksanakan manajemen pendidikan berlandaskan 4 pilar kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional dan sosial)
2. Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran dibidang bahasa dan sastra Indonesia.
3. Melaksanakan penelitian dibidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
4. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat dibidang bahasa dan sastra Indonesia.
5. Meningkatkan mutu, relevansi, daya saing, dan perluasan akses di bidang kebahasaan yang lain ditingkat global.
6. Meningkatkan tata kelola dan akuntabilitas Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai bagian dari LPTK IKIP PGRI Pontianak.
7. Meningkatkan empat keterampilan berbahasa yang menghasilkan produk berupa buku.

Label

DAFTAR ISI BLOG

Senin, 30 Mei 2016

ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL WACANA PROSA PADA NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE (KAJIAN WACANA)

PUTRI SAKINAH

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni IKIP-PGRI Pontianak
JL. Ampera No. 88 Pontianak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah aspek gramatikal pengacuan (referensi) pada novel Amelia karya Tere Liye. (2) Bagaimanakah aspek gramatikal penyulihan (substitusi) pada novel Amelia karya Tere Liye. (3) Bagaimanakah aspek gramatikal pelesapan (elipsis) pada novel Amelia karya Tere Liye. (4) Bagaimanakah aspek gramatikal perangkaian (konjungsi) pada novel Amelia karya Tere Liye. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan aspek gramatikal pengacuan (referensi) pada novel Amelia karya Tere Liye. (2) Mendeskripsikan aspek gramatikal penyulihan (substitusi) pada novel Amelia karya Tere Liye. (3) Mendeskripsikan aspek gramatikal pelesapan (elipsis) pada novel Amelia karya Tere Liye. (4) Mendeskripsikan aspek gramatikal perangkaian (konjungsi) pada novel Amelia karya Tere Liye. 

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang artinya menggunakan metode penelitian deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah satuan lingual yang mendukung kepaduan wacana pada novel Amelia karya Tere Liye. Sumber data yang digunakan adalah novel Amelia karya Tere Liye. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan teknik analisis data kualitatif secara interaktif. 


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa di dalam novel Amelia karya Tere Liye terdapat aspek gramatikal berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penggunaan aspek gramatikal yang terdapat pada novel Amelia karya Tere Liye menyatakan bahwa wacana yang tersusun dalam novel tersebut merupakan wacana yang utuh dan padu karena memenuhi syarat atau prinsip yang berlaku baik itu dari segi bentuk atau struktur lahir maupun makna atau struktur batin wacana. Wacana yang disajikan oleh pengarang dalam novel Amelia karya Tere Liye merupakan wacana naratif yang mengungkapkan alur kisah atau cerita yang lebih banyak digunakan wacana berupa narasi yang panjang, dan dialog-dialog singkat antar tokoh. Berdasarkan simpulan umum analisis data di atas maka dapat dirumuskan ke dalam sub-sub simpulan sebagai berikut. (1) Pengacuan (referensi) dalam novel Amelia karya Tere Liye terbagi menjadi tiga bagian yaitu pengacuan persona yang ditemukan pada novel sebanyak 193 data dalam bentuk kalimat atau paragraf berupa satuan lingual berupa aku, kalian, mereka, kami, ia, dia, beliau, -ku, ku-, -nya, -mu, -di, dan kita. Kemudian, pengacuan demonstratif yang ditemukan sebanyak 115 data dalam bentuk kalimat atau paragraf berupa satuan lingual yang menunjukkan waktu yaitu ini, kemarin, yang lalu, besok, yang akan datang, pagi, siang, sore, malam, sekarang, dan ...depan. Selanjutnya, satuan lingual yang menunjukkan tempat berupa sini, ini, itu, sana, Kota Kabupaten, Kota Provinsi, dan Lembah Bukit Barisan. Sedangkan pengacuan komparatif ditemukan sebanyak 69 data berupa kutipan kalimat atau paragraf yaitu satuan lingual seperti, persis, sama persis, persis seperti, sama dengan, bagai, dan persis sama dengan. Penggunaan pengacuan (referensi) dalam novel Amelia karya Tere Liye menyajikan wacana dalam bentuk narasi, dialog-dialog singkat antar tokoh, pengisahan suasana dalam cerita dan karakter tokoh yang relatif sama dari awal pengisahan hingga akhir kisah sehingga untuk menghindari agar penyebutan kembali nama tokoh yang sama secara berulang-ulang, maka pengarang menggunakan pronomina persona agar tidak monoton. Kemudian dalam setiap narasi dan dialog singkat antar tokoh disebutkan siapa yang menuturkan dialog tersebut, maka penggunaan pengacuan dalam novel tersebut lebih banyak ditemukan hampir diseluruh kalimat dalam wacana tersebut. (2) Penyulihan (substitusi) dalam novel Amelia karya Tere Liye hanya 22 data yang ditemukan berupa satuan lingual yang berkedudukan sebagai pengganti dan terganti dalam wacana tersebut. Penggunaan penyulihan (substitusi) dalam novel ini berfungsi untuk memperoleh unsur pembeda dalam wacana agar kalimat yang disajikan oleh pengarang tidak monoton, penggunaan diksi atau gaya bahasa pengarang yang mudah dipahami oleh pembaca, dan menambah pembendaharan kata bagi pembacanya. (3) Pelesapan (elipsis) yang ditemukan pada novel Amelia karya Tere Liye sebanyak 70 data dalam bentuk kutipan kalimat dan paragraf. Dalam setiap kutipan data berupa paragraf terjadi pelesapan atau penghilangan satuan lingual yang telah disebutkan sebelumnya dengan diberi lambang konstituen ^ (nol atau zero). Pelesapan terjadi dalam wacana yang digunakan oleh pengarang untuk membuat pembaca agar dapat lebih kreatif dalam menemukan unsur tersebut, agar tidak monoton dan lebih efektif dan efisien dalam pemakaian bahasa. (4) Perangkaian (konjungsi) yang ditemukan pada novel Amelia karya Tere Liye berfungsi untuk memberikan kejelasan langsung pada topik yang dimaksud kepada pembaca. Perangkaian (konjungsi) yang ditemukan sebanyak 116 data berupa penggunaan kata penghubung dan, karena, maka, tetapi, namun, malah, walaupun, meskipun, agar, juga, atau, apa, kemudian, sebaliknya, setelah, jika, dan kecuali. 


Kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Hal ini menunjukkan, bahwa untuk memahami wacana dengan baik dan tepat, diperlukan bekal pengetahuan kebahasaan dan bukan kebahasaan (umum). Pernyataan ini mengisyaratkan, betapa luas ruang lingkup yang harus ditelusuri dalam kajian wacana (Soenjono, dalam Mulyana 2005:1). Sebagai objek kajian dan penelitian kebahasaan, wacana dapat ditelusuri dari berbagai segi. Di samping itu, aspek-aspek yang terkandung di dalamnya menyuguhkan jenis kajian yang sangat beragam. 

Analisis wacana mengkaji, baik dari segi internal maupun eksternalnya. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagian wacana; sedangkan dari segi eksternal, wacana dikaji dari segi keterkaitan wacana itu dengan pembicara, hal yang dibicarakan, dan mitra bicara (Baryadi dalam Sumarlam, 2009:15). Dengan demikian, tujuan pengkajian wacana adalah untuk mengungkapkan kaidah kebahasaan yang mengkonstruksi wacana, memproduksi wacana, pemahaman wacana, dan pelambangan suatu hal wacana. 
Sastra adalah karya tulis yang memiliki nilai seni. Nilai seni yang hendak disampaikan oleh penulis kepada pembaca lewat bahasa tulisnya. Dalam karya sastra banyak terdapat wacana dan tuturan yang menggambarkan suasana, tindakan, perasaan dan maksud yang hendak disampaikan kepada pembaca. Agar dapat tersampaikan dengan baik tentunya wacana dalam karya sastra tersebut khususnya novel harus memiliki kalimat-kalimat yang utuh dan padu. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti aspek gramatikal yang terdapat pada wacana prosa yaitu berupa novel. 


Novel merupakan karya sastra yang mengisahkan tentang kehidupan dan prilaku yang nyata dari masyarakat yang secara menyeluruh diungkapkan secara fiktif. Tentunya terdapat banyak wacana yang menggambarkan situasi dan kondisi, maupun perasaan atau pesan yang hendak disampaikan lewat kalimat-kalimat yang panjang. Sehingga membuat peneliti tertarik untuk menganalisis novel karena untuk mengetahui dan menggambar bagaimana unsur pembentuk wacana pada novel, dan penggunaannya.

Novel Amelia karya Tere Liye yang diterbitkan pada tahun 2014 di Jakarta oleh Republika Penerbit dengan tebal buku 392 halaman dan terdiri 33 bab atau episode, menjadi objek dalam penelitian ini karena pertama, novel ini belum ada dalam penelitian khususnya pada judul Amelia ini. Kedua, novel Amelia karya Tere Liye ini diterbitkan pada tahun 2014 jadi masih baru dan best seller. Ketiga, dari pra riset yang peneliti lakukan sebelumnya novel ini banyak terdapat aspek gramatikal yang berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Keempat, novel ini secara khusus mengisahkan seorang anak bungsu mamak yang manja, cengeng mampu membuktikan bahwa ia bisa dan pantang menyerah untuk meraih mimpi meskipun ditakdirkan menjadi „penunggu rumah’. 


Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Yuniar (2012 : 618) mengartikan bahwa wacana adalah ucapan, perkataan; keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Sedangkan Kridalaksana (Sumarlam, 2009:5) menyatakan bahwa wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. 

Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu (Hasan Alwi, 2014:41). Beliau menyatakan bahwa rentetan kalimat tidak dapat dikatakan wacana apabila kalimat tersebut tidak memiliki keserasian makna. Sejalan dengan pendapat itu, Tarigan (2009: 26) mengungkapkan wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan dan mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan maupun tertulis. Jadi suatu kalimat atau rangkaian kalimat, atau dapat disebut wacana atau bukan wacana tergantung pada keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya. 

Kohesi adalah perpaduan yang erat; gaya atau kekuatan tarik-menarik diantara molekul-molekul sejenis dalam suatu benda (Yuniar,2012:331). Gutwinsky menyatakan bahwa kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Tarigan,2009:93). Kohesi merujuk pada keterkaitan antarproposisi yang secara eksplisit diungkapkan oleh kalimatkalimat yang digunakan (Alwi dkk, 2014:41). 

Kohesi merupakan keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana. Anton M. Moeliono mengungkapkan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Lebih lanjut diuraikan, Halliday mengungkapkan bahwa unsur-unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dapat berupa reference (referensi), substitution (substitusi), ellipsis (elipsis) dan conjunction (konjungsi). Sedangkan kohesi leksikal yaitu reiteration (reiterasi) dan collocation (kolokasi) (Mulyana, 2005:27). 

Keutuhan wacana dapat diungkapkan dengan aspek gramatikal yang meliputi: (a) pengacuan (referensi), (b) penyulihan (substitusi), (c) pelesapan (elipsis), (d) perangkaian (konjungsi). Penjelasan secara lebih rinci dari keempat aspek gramatikal sebagai berikut.

Pengacuan atau referensi merupakan bagian dari jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Alwi (2014:44) mengungkapkan bahwa pengacuan atau referensi adalah hubungan antara satuan bahasa dan wujud yang meliputi benda atau hal yang terdapat di duniayang diacu oleh satuan bahasa itu.
1) Pengacuan Persona
Pengacuan persona atau pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pengacuan direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi diri sendiri pronomina persona pertama (persona I), kedua mengacu pada orang yang diajak berbicara (persona II), dan ketiga mengacu pada orang yang dibicarakan (persona III), baik tunggal maupun jamak (Alwi dkk, 2014:256).


2) Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) meliputi pronomina demontratif waktu (temporal) dan pronomina demontratif tempat (lokasional) (Fatimah, 2009:37). Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini (seperti kini dan sekarang), lampau (seperti kemarin dan dulu), akan datang (seperti besok dan yang akan datang), dan waktu netral (seperti pagi dan siang).


3) Pengacuan Komparatif (Perbandingan)
Pengacuan komparatif (perbandingan) adalah jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, prilaku, dan sebagainya (Sumarlam, 2009:27).
Substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. substitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran; misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama (Tarigan, 2009:96).
c. Pelesapan (Elipsis)
Pelesapan atau elipsis adalah tanda berupa tiga titik yang diapit spasi (...), menggambarkan kalimat yang terputus-putus atau menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
d. Perangkaian (Konjungsi)
Konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat (Yuniar, 2012).


METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan dalam penelitian (dalam mengumpulkan data) (Fatimah, 2010:4). Berdasarkan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Denzin dan Lincont (dalam Moleong, 2014 : 5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif yang memfokuskan pada masalah yang diteliti yaitu aspek gramatikal berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi) secara mendalam dan objek dalam penelitian ini adalah novel Amelia karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi dokumenter. Alat pengumpulan data digunakan yaitu peneliti sendiri sebagai alat atau instrumen. Teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu teknik tringulasi teori dan penyidik. Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014:337) mengungkapkan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktifitas dalam analisis data kualitatif yaitu data reduction, data display dan conclusion.



Analisis data mengenai aspek gramatikal wacana prosa pada novel Amelia karya Tere Liye meliputi pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Langkah- langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data penelitian ini sebagai berikut.

  1. Membaca novel Amelia karya Tere Liye.
  2. Mencatat dan mengumpulkan bagian-bagian yang berkaitan dengan aspek gramatikal yang terdapat pada novel Amelia karya Tere Liye dengan menggunakan kartu data sebagai alat bantu
  3. Menganalisis data sesuai dengan masalah seperti pengacuan
  4. (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), perangkaian (konjungsi).
  5. Mendeskripsikan data sesuai dengan masalah dalam penelitian ini.
  6. Melakukan pengecekan keabsahan data dengan triangulasi berupa triangulasi teori dan penyidik. Triangulasi teori dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian berupa rumusan informasi dari novel Amelia karya Tere Liye dengan perspektif teori mengenai kajian wacana khusus pada aspek gramatikal. Triangulasi penyidik dilakukan dengan peneliti lain yaitu Utari yang juga menganalisis wacana dan pengamat lain yaitu dilakukan dengan dosen pembimbing yaitu Ibu Dr. Elva Sulastriana, M.Pd. dan Ibu Mai Yuliastri Simarmata, M.Pd. hal ini dilakukan untuk mengecek kembali keaslian dan kepercayaan data yang dilaksanakan selama proses bimbingan.
  7. Menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah dalam penelitian yang telah dilaksanakan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti mendapatkan data berupa aspek gramatikal yang di sajikan berdasarkan aspek- aspeknya, berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi) secara keseluruhan data yang ditemukan sebanyak lima ratus delapan puluh lima data.


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa di dalam novel Amelia karya Tere Liye terdapat aspek gramatikal berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penggunaan aspek gramatikal yang terdapat pada novel Amelia karya Tere Liye menyatakan bahwa wacana yang tersusun dalam novel tersebut merupakan wacana yang utuh dan padu karena memenuhi syarat atau prinsip yang berlaku baik itu dari segi bentuk atau struktur lahir maupun makna atau struktur batin wacana. Wacana yang disajikan oleh pengarang dalam novel Amelia karya Tere Liye merupakan wacana naratif yang mengungkapkan alur kisah atau cerita yang lebih banyak digunakan wacana berupa narasi yang panjang, dan dialog-dialog singkat antar tokoh.


Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran-saran yang ingin disampaikan yaitu sebagai berikut.

  1. Penelitian ini tentunya mengharapkan bahwa hasilnya dapat bermanfaat dalam khasanah kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis wacana pada novel. 
  2. Penelitian ini hanya membahas sebagian dari aspek-aspek wacana yaitu aspek gramatikal. Maka diharapkan muncul peneliti lain yang ingin menganalisis wacana pada novel untuk mengembangkan penelitian ini. 
  3. Mengingat wacana merupakan unsur kebahasaan yang terlengkap dan terbesar yang direalisaikan dalam bentuk karangan yang utuh, maka dalam kajian wacana menjadi hal yang harus dipahami dan dipelajari dalam pembelajaran bahasa. Diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai wacana. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar